10 research outputs found

    Analisis faktor konsentrat pakan komersil berbeda terhadap sifat-sifat produksi ayam ras petelur

    Get PDF
    Pada masa ini banyak tersedia berbagai jenis ransum komersial (konsentrat) untuk ayam petelur yang diproduksi oleh perusahaan pakan ternak, dimana komposisi zat-zat makanannya telah tercantum sehingga nilai nutrisi pakan yang disusun dapat dihitung kadarnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian jenis konsentrat komersil yang berbeda terhadap konsumsi ransum, rasio efisensi  penggunaan ransum, Hen Day Egg Production (HDEP) dan Berat Telur. Penelitian ini dilaksanakan pada peternakan ayam ras petelur yeng terletak di Kelurahan Matali Kecamatan Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu. Ayam petelur yang digunakan adalah Strain Silver sebanyak 240 ekor berumur 78 minggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 8 ulangan. Rancangan ini digunakan untuk menganalisis pengaruh perlakuan tiga jenis konsentrat komersil terhadap konsumsi ransum, rasio efisensi penggunaan ransum, Hend Day Ggg Production (HDEP) dan Berat telur, yaitu Konsentrat  komersil A (RA), Konsentrat komersil B (RB) dan Konsentrat  komersil C (RC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk konsumsi ransum, rasio efisiensi ransum, Hen Day Egg Production dan berat telur untuk Konsentrat komersil A (RA), Konsentrat komersil B (RB) dan Konsentrat komersil C (RC) menunjukkan berbeda tidak nyata. Hal ini disebabkan karena komposisi zat-zat makanan dan asam-asam amino dalam ransum sesuai dengan kebutuhan ayam petelur. Dengan pengertian bahwa konsentrat komersil yang digunakan dalam penelitian ini (RA, RB dan RC) mempunyai kualitas yang hampir sama. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Konsentrat komersil walaupun  dari produsen yang berbeda memiliki kandungan zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang.Kata Kunci: Konsentrat komersil, ayam ras petelur, konsumsi ransum,  berat telu

    Kajian keragaman genetik sapi lokal campuran untuk penguatan peternakan sapi potong di Sulawesi Utara

    Get PDF
    Faktor genetik pada pewarisan bobot hidup ternak adalah nilai pemuliaan,  deviasi dominansi dan heritabilitas. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komponen genotipe nilai pemuliaan dan deviasi dominansi bobot hidup serta heritabilitasnya pada sapi Peranakan Ongole dan Lokal. Total 74 induk sapi generasi awal (G0), dan 104 induk generasi 1 (G1) dari pejantan sapi Ongole dianalisis kontribusi genetik. Lokus gen sapi Ongole (gen O) dan gen sapi Lokal (gen L) hasil pengukuran bobot hidup ternak genotipe OO, LL dan LO dianalisis melalui komponen nilai pemuliaan dan deviasi dominan gen. Program statistik Excel XP digunakan menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata populasi tetua (µ) bobot hidup ternak (G0) adalah 340,01 ± 6,12 kg. Sedangkan rara-rata populasi (µ1) bobot hidup ternak generasi keturunan (G1) adalah 359,60 ± 5,67 kg, dengan respon seleksi (∆µ) sebesar 19,59 kg. Komponen genotipe homozigot OO dan LL sangat didominasi oleh aksi gen aditif dengan nilai pemuliaan lebih tinggi untuk bobot hidup daripada aksi gen deviasi dominan. Genotipe heterozigot LO didominasi pula oleh aksi gen deviasi dominan yang lebih rendah daripada aksi gen aditif. Heritabilitas (h2) bobot hidup sapi sebagai aksi gen aditif adalah 0,66 dengan kategori tinggi, sedangkan aksi gen dominan () adalah sebesar 0,33 yang dikategorikan heritabilitas sedang.Kata Kunci: Nilai pemuliaan, aksi gen dominan, bobot hidup, sapi Campuran Lokal-Ongol

    Penggantian jagung dengan sebagian tepung pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) dalam ransum terhadap kualitas telur ayam ras petelur MB 402

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas telur dengan menggunaankan tepung pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) dalam ransum ayam ras petelur. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam ras petelur fase layer yaitu umur 94 minggu dari jenis MB 402 sebanyak 100 ekor dengan perlakuan yang digunakan adalah R0 : ransum basal tanpa tepung pisang kepok, R1 : ransum basal 56% + 39% jagung + 5% tepung pisang kepok, R2 : ransum basal 56% + 34% jagung + 10% tepung pisang kepok, R3 : ransum basal 56% + 39% jagung + 15% tepung pisang kepok, R4 : ransum basal 56% + 24 jagung + 20% tepung pisang kepok. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan masing-masing perlakuan diisi dengan 4 ekor ayam sehingga terdapat 100 ekor ayam dan kemudian dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Variabel yang diamati adalah berat kuning telur, warna kuning telur, dan indeks kuning telur. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05) terhadap berat kuning telur dan indeks kuning telur, namun memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,01) terhadap warna kuning telur. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung pisang kepok sebagai pengganti sebagian jagung pada level 0-20% memberikan pengaruh yang sama pada berat kuning telur dan indeks kuning telur, tetapi semakin meningkat level penggunaan tepung pisang kepok memberikan pengaruh yang nyata dimana warna kuning telur menurun. Kata Kunci: Ayam petelur, kualitas telur, tepung pisang kepo

    PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KEONG SAWAH (Pila ampulacea) SEBAGAI PENGANTI TEPUNG IKAN DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix Japonica)

    Get PDF
    SUBSTITUTION EFFECT OF FISH MEAL WITH SNAIL MEAL (Pila ampulacea) IN RATION  ON QUILL EGG QUALITY (Coturnix coturnix Japonica). The objective of this study was to evaluate the substitution effect of fish meal with snail meal in ration on quill egg quality. Total of 60 quills at age of 5 weeks old were used on the period study of 8 weeks. The completely randomized design was applied in this study consisted of 4 treatments with 5 replications at each treatment. The treatments were levels of snail meal substituting fish meal in ration as follows: R0 = 0% snail meal + 15 % fish meal, R1 = 5% snail meal + 10% fish meal, R2 = 10% snail meal + 5% fish meal, R3 = 15% snail meal + 0% fish meal. Variables measured in this study were including egg weight, yolk index, albumin index, yolk color and shell thickness. Results showed that snail meal affected significantly (P<0.05) the egg weight and albumin index, did not affect yolk index, yolk color and shell thickness. Therefore, it can be concluded that substitution of fish meal with snail meal up to 15% in ration of quill produced good products of egg weight, yolk index, albumin index, yolk color and shell thickness.Key words: Snail meal, fish meal, quill egg quality

    Kemudahan lahir, bobot sapih dan nilai ekonomi pedet yang dihasilkan dari persilangan breed pejantan berbeda dengan induk sapi breed Bali murni

    Get PDF
    Pengembangbiakan sapi yang dikawinkan dengan Teknik inseminasi buatan (IB) menggunakan semen pejantan Brahman, Limousine dan Simmental sedang berkembang secara umum saat ini di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Catatan bobot pedet saat lahir dan saat disapih dari 158 ekor induk betina sapi Bali murni umur berkisar lima tahun serta bobot induk setelah melahirkan terakumulasi selama lima tahun (2017-2022) digunakan menilai secara langsung efek berbagai jenis pejantan tersebut yang dikawinkan dengan IB dan secara alami khusus pejantan Bali murni, semuanya dengan induk betina sapi Bali murni terhadap kelancaran lahir anak, bobot pedet dan nilai ekonomis pedet saat disapih. Data dianalisis menggunakan model kovarians. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi betina Bali murni dapat digunakan sebagai stok pengganti yang potensial dikawinkan dengan pejantan Brahman, Limousine, dan Simmental unggul untuk peningkatan bobot pedet persilangan sapi Bali dalam populasi sapi komersial tanpa banyak kasus kesulitan melahirkan (dystocia). Program pemuliaan menggunakan pejantan Brahman, Limousine dan Simmental untuk dikawinkan dengan betina sapi Bali murni secara nyata dapat meningkatkan rata-rata pertambahan bobot badan harian (ADG) pedet dan nilai ekonomi yang lebih tinggi dalam istilah income over feed cost (IOFC) pedet saat disapih untuk peningkatan populasi sapi Bali komersial di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia

    Pengamatan Kerusakan Kulit Sapi Di Kota Bitung

    Get PDF
    Tujuan Penelitian ini mengamati kerusakan pada kulit sapi disaat Idul Qurban 2022 di Kecamatan Girian Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Sapi yang diamati berjumlah 25 yang di potong dari 5 mesjid. Menggunakan metode survey dan diolah dengan deskriptif. Hasil penelitian adalah tidak terdapat kerusakan kulit karena pemberian tato, 3 kulit mengalami kerusakan karena kayu tajam, duri, kawat berduri, 2 kulit mengalami kerusakan karena besutan, 2 kerusakan kulit karena penyakit, 2 kerukasakan karena pisau atau parang saat Dan posisi letak kerusakan pada bagian punggung, gumba, leher, paha dan kaki. Kesimpulan kerusakan kulit sapi di kota Bitung banyak terjadi pada masa pra mortem yaitu karena besutan, penyakit kulit dan kena duri/ kayu tajam/ kawat duri dan kerusakan post mortem yaitu karena kena pisau pada kulit

    Analisis faktor konsentrat pakan terhadap konsumsi asam-asam amino ayam ras petelur

    Get PDF
    ANALYSIS OF FEED CONCENTRATE FACTOR ON LAYING HEN AMINO ACIDS CONSUMPTION. Laying hens require a number of elements in which nutrients such as protein containing the amino acids are balanced in quality. Recently, there are various types of commercial ration (concentrate) for laying hens produced by the company. Quality of protein is expressed either high or low composition of amino acids depending on the essential amino acids contained in these feeds. The purpose of this study was to determine the effect of different types of commercial concentrates on the consumption of amino acids in laying chicken. The research was conducted on laying chicken farms located in Matali Village, district of East Kotamobagu, Kotamobagu Municipality. Laying hens of Silver Strains as many as 240 heads at 78-week-old were used in this study. This study applied a completely randomized design (CRD) consisting of three treatments and eight replications at each treatment. The treatments were using commercial concentrations of the amino acids for commercial Concentrate A (RA), commercial concentrate B (RB) and commercial concentrate C (RC). The laboratory analysis showed that the majority amounts of essential amino acids (Arginine, Lysine, histidine, leucine, isoleucine, valine, threonine and phenylalanine) of 80% was higher in RC than RB and RA, indicating that the composition of both quality and quantity of amino acids in commercial concentrates C (RC) is sufficient and more balanced than commercial concentrates A (RA) and commercial concentrate B (RB). These complete amino acids in RC increased more feed consumption of laying hens compared with those in RA and RB.Key words: Laying hens, amino acids, commercial concentrat

    PENGARUH TIGA MACAM RANSUM KOMERSIAL DAN SISTEM ALAS KANDANG YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

    Get PDF
    EFFECT OF THREE KINDS OF COMMERCIAL RATION AND DEFFERENT LITTER SYSTEM ON BROILER PERFORMANCES. This study aimed to determine the effect of three kinds of commercial feed and litter of different systems on the performances of broiler chickens,three kinds of commercial rations were used, namely, A1, A2, A3. The research method using completely randomized design(CRD) with factorial pattern, treatment 3x2 with 4 replications. Treatment given that FactorA=3 Piece ration, and factor B=Cage battery andl itter. The results showed that the effect of three kinds of commercial ration and different litter system for broiler performance, either incombination or single treatment provides no significant effect on the performance of broilers. Based on the results and the study concluded that the granting of the three kinds of commercial diet and the use of different litter systems provide no significant effec ton feed intake, weight gain, and feed conversion of broilers. Different enclosure systems also provide no significant effect on feed intake, weight gain, conversion of broilers. Keywords: Rations, cage, broiler, performanc

    PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KEONG SAWAH (Pila ampulacea) SEBAGAI PENGANTI TEPUNG IKAN DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix Japonica)

    Get PDF
    SUBSTITUTION EFFECT OF FISH MEAL WITH SNAIL MEAL (Pila ampulacea) IN RATION  ON QUILL EGG QUALITY (Coturnix coturnix Japonica). The objective of this study was to evaluate the substitution effect of fish meal with snail meal in ration on quill egg quality. Total of 60 quills at age of 5 weeks old were used on the period study of 8 weeks. The completely randomized design was applied in this study consisted of 4 treatments with 5 replications at each treatment. The treatments were levels of snail meal substituting fish meal in ration as follows: R0 = 0% snail meal + 15 % fish meal, R1 = 5% snail meal + 10% fish meal, R2 = 10% snail meal + 5% fish meal, R3 = 15% snail meal + 0% fish meal. Variables measured in this study were including egg weight, yolk index, albumin index, yolk color and shell thickness. Results showed that snail meal affected significantly (P<0.05) the egg weight and albumin index, did not affect yolk index, yolk color and shell thickness. Therefore, it can be concluded that substitution of fish meal with snail meal up to 15% in ration of quill produced good products of egg weight, yolk index, albumin index, yolk color and shell thickness.Key words: Snail meal, fish meal, quill egg quality

    Sifat fungsional telur ayam ras yang diawetkan dengan ekstrak kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L) selama penyimpanan

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh ekstrak kulit pisang kepok terhadap sifat fungsional telur ayam ras selama penyimpanan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu telur ayam ras umur satu hari sebanyak 180 butir dengan berat 55-60 gram, air dan 1000 gram kulit pisang kepok (masih hijau). Penelitian ini menggunakan Rancangan Split plot in time dengan petak utama (ekstrak pisang kepok) yang diatur P1 = Tanpa ekstrak, P2 = Konsentrasi ekstrak kulit pisang 10 %, P3 = Konsentrasi ekstrak kulit pisang 20 %, P4 = Konsentrasi ekstrak kulit pisang 30 %, P5 = Konsentrasi ekstrak kulit pisang 40% dan anak petak (lama penyimpanan) yang diatur H1. 7 hari, H2. 14 hari, H3. 21 hari, H4. 28 hari serta ulangan sebanyak 3 kali. Variabel penelitian adalah daya buih, stabilitas buih, kekuatan gel dan waktu koagulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawetan dengan ekstrak kulit pisang kepok tidak berpengaruh nyata (P&gt;0.05) untuk daya buih, stabilitas buih dan waktu koagulasi telur ayam ras namun berpengaruh nyata (P&lt;0,01) terhadap kekuatan gel. Lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (P&lt;0,01) terhadap daya buih, stabilitas buih, waktu koagulasi dan kekuatan gel telur ayam ras. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengawetan telur ayam ras dengan 40% ekstrak kulit pisang kepok yang terbaik dan terjadi penurunan sifat fungsional telur dengan semakin lama penyimpanan. Kata Kunci: Ekstrak kulit pisang kepok, sifat fungsional, telur ayam ra
    corecore